Dibalik Rencana Pemerintah Menghapus BBM Bersubsidi untuk SM

http://www.sripoku.com/foto/berita/2010/5/26/susilo1.jpg



Semua tahu bahwa bangsa kita saat ini  sedangn mengagung-agungkan pencitraan. Ternyata hal ini membawa dampak yang cukup luas kepada rakyat kecil. Salah satunya adalah rencana penghapusan subsidi BBM bagi pengendara sepda motor (SM). Mungkin banyak yang bertanya apa hubungannya dengan itu?
Masih ingatkah pidato Presiden SBY ketika dilantik menjadi presiden RI tahun lalu. Salah satu point penting adalah berkaitan dengan penyelamatan bumi dan perubahan iklim. Secara lengkap bagian pidato itu adalah sebagai berikut: Indonesia akan terus berada di garis depan dalam upaya untuk mewujudkan tatanan dunia yang lebih baik. Kami akan terus menjadi pelopor dalam upaya penyelamatan bumi dari perubahan iklim. (sumber: (Sumber : text, Antara.co.id, images, vibizdaily.com).
Saya pikir apa yang diucapkan SBY dalam pidatonya pada saat itu adalah salah satu strategi pemerintah sekarang untuk menarik perhatian dunia. Karena isu perubahan iklim adalah isu yang paling menyita perhatian dunia saat ini. Apalagi perubahan iklim dunia yang berefek kepada timbulnya pemanasan global (global warming) yang sangat mengkhawatikan.
Karena pidato itu diucapkan di dalam forum terhormat pada Sidang MPR dan didengar oleh sejumlah perwakilan negara-negara di dunia. Maka tidak boleh tidak pemerintah Indonesia saat ini harus merealisasikan rencana itu. Bila itu tidak terealisi, maka otomatis citra pemerintahan sekarang di mata dunia Internasional akan tercoreng. 
Permasalahannya adalah bagaimana pemerintah dapat melaksanakan keinginannya sebagai pelopor dalam upaya menyelamatkan bumi sementara dana tidak ada untuk itu. Sebab untuk melakukan upaya penyalamatan bumi dari perubahan iklim tidak dapat dilakukan dengan serta merta seperti membalik dua telapak tangan. Tentu saja ini membutuhkan dukungan dana yang tidak sedikit.
Karena itu pemerintah pemerintah harus melakukan segala daya upaya merayu negara-negara kaya agar memberi dana sehingga program pemerintah sebagai pelopor dalam penyelematan bumi dari perubahan iklim dapat terwujud.
Wujud dari upaya itu dapat kita simak pernyataan Presiden SBY sebagai mana yang dikutip Sriwijya Post (Rabu, 26 Mei 2010 13:41 WIB), Indonesia membutuhkan hibah, tapi bukan pinjaman pendanaan terkait dengan upaya untuk mengurangi emisi gas karbon (CO).
Pernyataan itu disampaikan Presiden saat berbicara di ruang VIP Pesawat Kepresidenan Airbus A-330-300 dalam perjalanan menjelang kedatangan di Bandara Internasional Gardermoen, Oslo, Kerajaan Norwegia, Rabu (26/5/2010) pagi hari waktu setempat. Pernyataan Presiden ini didengarkan oleh seluruh penumpang di dalam pesawat, begitu isi berita sebagaimana dikutip Sriweijaya post tersebut.
“Indonesia mendapat kehormatan dari masyarakat internasional, khususnya negara maju untuk berbagi pendanaan, dan bukan bantuan jika kita bisa menjaga hutan kita untuk separuh masyarakat dunia dari pengurangan emisi yang bisa kita lakukan,” tandas Presiden. “Jika ingin berkontribusi untuk membantu Indonesia, berapapun apakah hibah atau grant. Dan, itu bukan pinjaman karena kita sudah berkomitmen,” tambah Presiden.
Lebih lanjut disebutkan, dana hibah yang akan diberikan pemerintah Norwegia terkait isu ini adalah sebesar 1 miliar dollar AS yang terbagi dalam beberapa tahapan. Semuanya akan tertuang dalam Letter of Intent (LoI) tentang Kerjasama Pemerintah Indonesia dan Kerajaan Norwegia mengenai Pengurangan Emisi Gas Carbon Rumah Kaca dari Penggundulan dan Degradasi Hutan, Rabu sore ini di Oslo.
Tentu saja kita dapat tebak bahwa dana yang begitu besar apalagi hibah tidak akan diberikan bila tidak ada sesuatu action nyata dari pemerintah untuk menyakin negara-negara donor.
Mengingat Indonesia adalah salah satu negara di dunia dengan kenderaan bermotor terutama SM terbanyak, dimana kenderaan bermotor termasuk komponen penyumbang emisi. Maka sudah barang tentu untuk menyakin dunia, salah satu langkah yang dianggap tepat adalah mengurangi subsidi BBM untuk SM. Saya perkirakan bila tidak ada deal-deal berkaitan dengan bantuan negara donor, tidak mungkin pemerintah mengkorbankan rakyat kecil. Tetapi demi citra sebagai pelopor penyelamatan bumi dari perubahan iklim, kebijakan itu harus dilakukan. Meskipun rakyat kecil semakin terjepit. “Sudah Jatuh, Tertimpa Tangga Lagi”.

Comments

Popular posts from this blog

Puisi ‘M Aan Mansyur’ Mengunjungi Museum

5 bandara terunik didunia

Debu (Ya, Benar Debu) Bulan Juli