Puisi ‘M Aan Mansyur’ Mengunjungi Museum

Mengunjungi Museum 1. Ada remaja abadi yang tidak kaukenal dalam diriku. Selalu, di museum yang sama, ia seperti patung belum dirampungkan pahat. Ia tak mampu membedakan antara menghadapi lukisan dan berdiri di puncak tebing. Ia menjatahkan diri ke semesta benda-benda di bingkai ketika belum jadi bangkai atau hantu. Tempat tidur dan segala yang tertanggal di atasnya masih pepohonan. Bekas luka dan kesendirian perempuan itu masih kuda muda liar dan senyuman. Dan lain-lain yang hanya terlihat jika kausentuh. Waktu, umpama, sebelum terkutuk jadi kalender atau jam dinding yang ketagihan mengulang hidup dan tidak menyelesaikannya. Dunia lama selalu baru terjadi di hadapannya. Ia menjauhkan diri dari segala yang ada di luar pintu museum. Ia merasa terjebak di antara doa dan ciuman pertama. Jika ia menganggap lukisan sebagai keindahan, semesta itu memudar. Ia tidak ingin aman dan tercatat sebagai penghuni masa lampau terlalu cepat. Ia dan seorang gadis di sekolahnya pernah saling jatuh mencintai. Semua pria dewasa, termasuk guru, hanya orang bodoh di depan gadis itu. Ia ingin gadis itu tumbuh lebih nyata dari kecantikannya. Ia ingin menjadi sihir dan gadis itu percaya pada keajaiban. 2. Ia ingin sihir tampak nyata dari lukisan atau lebih hidup dari seluruh yang sibuk di luar museum. Tapi ia tak ingin cinta jadi tangga yang mengangkat merendahkan diri sendiri. 3. Ia setuju, dan ia tak setuju. Ia melihat gadis itu tak mampu menerima hidupnya sendiri sebagai kesibukan yang lumrah dan boleh ditunda. Ia mengejar dirinya sebagai karir, mengubah kecantikannya jadi jam kerja. Di museum, ia ingin mengembalikan bekas luka di punggung perempuan itu jadi senyuman. Ia ingin meniupkan apapun yang mampu mengubah ranjang, selimut, dan pakaian perempuan itu jadi serat-serat pohon. Ia ingin menjadi penyair atau, setidaknya, kembali jadi seorang yang belum pernah bercita-cita mengenal kuas dan warna. Ia ingin jadi pencuri takdir sendiri, pulang ke sekolah yang tidak kenal ujian dan acara penamatan. 4. “Setiap orang adalah lukisan, jika tak membiarkan diri terperangkap bingkai,” kata pelayan toko buku itu pada hari terakhir bekerja, hari terakhir sebelum jadi hantu lain di pikiran remaja abadi dalam diriku.

Comments

Popular posts from this blog

siapa tau bbergunaa

Zynga Chip Transfer Tool v10.0 Final (Facebook, MySpace, Twitter, Bebo, etc) Transfer Over 1 Billion